Oleh : Dorianus S Jemalu (20103041)
Membaca Peta Politik Pilkada Manggarai Barat 27 November 2024
“Politik Etnisitas Dalam Pemilu Kada Manggarai Barat”
Dalam pemilu kada dimaknai sebagai suatu proses demokrasi prosedural pada tingkat lokal yang dimana masyiarakat secara lansung ikut berpartisipasi dalam memilih kepala daerah Manggarai Barat dengan ikut mencoblos salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati pada kertas suara.
Politik terhadap kelompok etnis dalam pemilu kada Manggarai Barat menimbulkan persaingan yang kompetitif serta berujung pada konflik kultural daerah masyiarakat. Menguatnya sentimen keetnisan terkait dengan persolan-persoalan pembagian sumber daya kedepannya yang menjadi perebutan masyarakat daerah karena pembagian itu akan tergantung kepada siapa kepala daerah Manggarai Barat yang akan terpilih nantinya.
Selain itu, munculnya ekspresi politik masyiarakat berdasarkan etnitas dalam pemilu kada yang selalu memperhatikan pendidikan politik yang belum optimal dan belum menyentuh pada tahap visioner kandidat.
Konstruksi politik identitas etnis dalam pemilu kada mengacu pada mekanisme rekuitmen politik pasangan kandidat calon bupati dan wakil bupati, dengan propaganda pengorganisasian identitas (identitas elit politik maupun identitas sosial). Namun berdasarkan asumsi politik identitas etnis ketika adanya bentuk keterwakilan etnis secara tidak lansung telah membentuk pendekatan etnisitas yang akan menimbulkan paham-paham primodial dari kalangan masyiarakat. Pendekatan ini bisa mengakibatkan dari pengaruh elit politik atau karena kesadaran yang timbul dari masyiarakat karena merasa memiliki suatu tingkatan yang paling awal atau sederhana dari siapa elit politik yang mewakilinya.
Konstruksi politik yang sudah dikondisikan diwaktu pileg kemarin memandang identitas etnis sebagai suatu bentuk dukungan terhadap kandidat. Artinya identitas etnis yang melekat kuat dalam kedirian orang Manggarai Barat akan sangat mempengaruhi perolehan suara dalam pemilu kada. Oleh karena itu bahasa politik yang dimainkan kandidat untuk memperoleh dukungan dari masyiarakat adalah salah satu politik identitas. Jangan heran jargon ini selalu jadi bahan strategi politik di Manggarai Barat.
Disinilah sudut pandang konstruktif yang berkeyakinan adanya sebuah rekayasa elit dalam mengeksploitasikan sentimen keetnisan. Sebagai factor munculnya semangat etnis, dan menemukan relevansinya.
Secara kontekstual politik etnis menjadi suatu bentuk kontruksi politik elit yang mencoba merekayasa sumber daya politik melalui peran-peran di legislatif ataupun pada lembaga politik seperti partai politik. Konstruksi politik etnis yang terjadi dalam pemilu kada Manggarai Barat merupakan strategi dan taktis elit politik dalam mempergunakan pilihan masyiarakat agar dapat memenangkan kompetisi politik.
Politik etnisitas dalam pemilu kada Manggarai Barat terjadi bukan hanya persoalan ketimpangan dalam birokrasi (struktural pemerintahan) atau sosial budaya dalam masyiarakat namun, adanya rekayasa elit politik yang bersaing untuk mendapatkan kekuasaan dengan menggunakan etnis sebagai factor dalam memunculkan semangat keetnisan. Menguatnya atrbut etnis dalam tahap pelaksanaan kampanye menjadi media kandidat kepala daerah dalam mendekatkan dengan simpatisan dan masyiarakat. Tentu kondisi ini akan menimbulkan pemaknaan bahwa ada nuansa isme yang dilakukan dalam mempengaruhi masyiarakat selanjutnya, masyiarakat bisa merasakan lebih dekat dengan calon karena memiliki persamaan identitas kultural. Kampanye yang menggunakan atribut etnis sebagai media komunikasi politik, menimbulkan bentuk ketegangan politik pada tingkatan elit politik atau masyiarakat.
Hal ini dilakukan pada tingkat elit di legislatif yang mencoba untuk, mengkondisikan berbagai aspek penyeragaman kepentingan politik. Sehingga kemungkinan keterlaksanaan politik etnis menjadi suatu upaya dalam melakukan pendekatan dan lobi politik yang elit.
Pada pemilu kada Bupati dan wakil bupati tahun 2020 kemarin disitu kita bisa lihat dimana keempat bakal calon saling mengadu argument untuk memperebut kekuasaan atau memperebut jabatan kepala daerah di Manggarai Barat. Pada pemilu kada tersebut secara tidak lansung telah memperlihatkan adanya keempat bakal calon yang sangat terkenal di Manggarai Barat, keempat calon tersebut berasal dari kelompok berbeda etnis dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap masyiarakat Manggarai Barat sendiri. Hal ini tentu dalam proses otoritas pilihan politik, etnis mempunyai pengaruh yang urgen dalam berlansungnya pemilu kada yang aman, tertib dan damai. Otoritas primordial ini bila dibangun dengan cara tidak rasional dan demokratis dapat berdampak sebuah proses pembodohan politik rakyat tetapi dapat memancing suatu konflik yang merugikan kita semua.
Dalam otoritas pilihan politik masyiarakat masih berbasis emosional yang berdasarkan persepsi kedekatan hubungan referensial etnis antara yang memilih dan calon bupati dan wakilnya. Hal ini belum memperlihatkan masyiarakat yang cerdas dalam politik, karena masyiarakat pemilih tidak melihatkan pasangan kandidat dari hal visi dan misi, rekam jejak, kecerdasan intelektualnya, serta kemampuanya dalam mencari solusi atas permasalahan yang ada khususnya dalam konteks dimana dia mencalonkan untuk menjadi kepala daerah. Kebanyakan masyarakat memilih kepala daerah karena ada hasutan-hasutan dari tim bakal calon sehingga masyiarakat terpengaruh memilih kepala daerah yang bukan keinginannya sendiri dan disini juga masyiarakat tidak melihat dari segi visi dan misi dari bakal calon tersebut. Dalam tahapan pelaksanaan pemilu kada tahun 2020 kemarin banyak persoalan yang muncul sebagai akibat dari usaha yang dilakukan oleh kandidat atau tim sukses kandidat untuk mencoba mendekatkan diri dengan simpatisan atau kepada masyiarakat pendukung. Pola politik etnis ini mencoba melihat kecendrungan gerakan politik dari kelompok etnis dalam tahapan pelaksanaan pemilu kada. Dalam konteks ini, berbagai pola gerakan etnis bertujuan untuk memberikan dukungan terhadap kandidat serta menunjukan simpatisannya dengan melakukan aksi kultural yang lebih menunjukan identitas keetnisan sebagai bentuk persamaan dengan kandidat dan mendekatkan dengan otoritas pilihan politik.
Dampak negative politik etnisitas ini adalah tentang pemerataan infrastruktur yang nantinya lebih diprioritaskan dari asal daerah atau kampong dari bupati yang dipilih, contohnya tahun ini lebih besar anggaran infrastruktur di wilayah dapil III. Saya berfikir ini adalah salah satu bukti nyata bahwa keberpihakan dari dampak politik etnisitas. Kenyataan di lapangan hasil demokratisasi politik local menggambarkan para actor (kelompok) etnis tertentu sebagai penguasa yang memiliki wewenang dalam pengelolaan baik kepentingan maupun kebijakan daerah masih jauh apa yang diharapkan dalam pengelolaan harmonisasi antar etnis, yang dimana cenderung mengesampingkan istilah etnis pendatang, inilah yang pada akhirnya menimbulkan konflik, baik konflik kepentingan maupun konflik antar etnis akibat kesenjangan itu. Maka dari itu, peran kelompok etnis tertentu yang memenangi konstestasi politik local yang memiliki kesadaran dalam membangun harmonisasi pada etnis. Pada dasarnya etnisitas actor yang dominan akan menunjukan respeknya dan terbangunya relasi antar actor etnis untuk membangun kebersamaan, apabila actor merasa memiliki kuasa atas praktek yang dilakukan sehingga diperlukan membangun komunikasi bersama dan menjalin hubungan yang baik untuk mendiskusikan strategi bersama dan untuk membangun daerah dalam mewujudkan politik local yang dinamis dan mencerminkan multikulturalisme.
Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah semoga dalam pemilu kada kali ini semua masyiarakat dapat memilih pemimpin yang bijaksana, berkualitas dan dapat membangun kesejahteraan di Manggarai Barat nantinya. Harapannya juga semoga kepala daerah Manggarai Barat yang terpilih nanti, beliau dapat membangun Manggarai Barat dengan sebaik-baiknya, kemudian dalam membangun infrastruktur juga beliau dapat memberikan dengan seadil-adilnya kepada daerah yang belum sama sekali mengenal pembangunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar